Senin, 14 Oktober 2013

Semua Pasti Bisa

Karena Aku, Kau Dan Kita Semua Pasti Bisa



Mengarungi perjalanan hati yang panjang, pernah terjatuh dalam sebuah perangkap harapan yang tak kunjung terwujud, kemudian hancur satu persatu, awalnya berharap perjalanan ini akan berakhir dengan kebahagiaan, namun sayang nya harapan tak sesuai dengan kenyataan.

Batin terus bertanya, “apa yang tersisa dari perjalanan panjang ini?”
Sisi hati ku yang lain dengan bijak menjawab “Engkau masih memiliki Rabb mu, kembali sandarkan seluruh jiwamu kepada Nya”.

Dan aku kembali merenung di pekatnya malam, ketika satu ujian Allah berikan, ternyata ada banyak hikmah didalamnya, namun aku sadar semua hikmah itu takkan menjadi pembelajaran hidup, jika tidak di aplikasikan dalam kehidupan.

Perjalanan panjang ini terjadi tatkala menunggu janji cinta dari sang Adam, dengan sabar dan setia sang hati pun menanti, berharap untaian-untaian itu dilerai satu persatu pada waktunya, tentu saja dengan sebuah ikatan yang halal. Namun waktu membawa semua untaian janji itu menua, dan sang adam mencampakkan nya ke dalam sebuah lubang yang sempit dan gelap, dan aku nyaris tak bisa keluar. Ketika semua menjadi gelap, dengan cepat aku tersadar, tenyata dalam diriku masih ada secercah cahaya, cahaya iman dan semangat diri.

Bismillah!! Dengan perlahan aku coba bangkit, membangun kekuatan diri, tak ingin berlama-lama hidup dalam keterpurukan batin, hanya karena sebuah penghianatan janji hati. Aku masih mempunyai orang-orang yang begitu menyayangiku, jadi untuk apa aku menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada.

Walaupun awalnya masih tertatih karena hati masih menyisakan luka, namun tatkala aku melihat kebahagiaan orang lain, dengan mantapnya dalam hatiku berkata” jika orang lain bisa merasakan kebahagiaan, maka aku juga mampu membuat diriku merasakan kebahagiaan itu”.

Hal pertama yang aku lakukan adalah memaafkan dan mengikhlaskan, ku lapangkan seluas-luasnya hati atas keputusan sang adam untuk meninggalkanku, keputusan untuk memilih wanita lain untuk menjadi permaisuri hatinya, walaupun jelas-jelas sang hati telah setia menunggunya selama bertahun-tahun.

Akal warasku masih berfungsi dengan baik, ditengah kesedihan terus berpikir positif, mencurahkan segala rasa kepada sang Pemilik Cinta hakiki, sisi batinku bergumam:” ini hanya ujian yang sangat kecil dalam kehidupan, untuk menempatkan cinta pada manusia tidak berlebihan”, jadi kenapa harus berlarut-larut didalamnya.

Terus menyemangati diri untuk bangkit, berjalan menatap masa depan, perlahan kesedihan itu aku ganti dengan senyuman, agar langkah menjadi ringan, dan luka itu bisa sembuh dengan sempurna. Mengalirkan energy postif dalam diri, terus berdo’a dan selalu dekat dengan Allah, menjadikan hati kuat, dan langkahku tegar menjalani hidup, karena setelah kesusahan, insyaAllah akan ada kemudahan.

Tahun kedua setelah peristiwa itu, aku pun merasakan hikmahnya, Allah mudahkan jalan bagiku dalam menempuh pendidikan, cita-cita yang dulu sempat aku abaikan, padahal potensi itu begitu besar aku miliki, takdir Allah lah membawaku ke sebuah negeri, yang dulu hanya bisa aku saksikan lewat layar televisi. hanya rasa syukur yang tak henti, akhirnya aku menjadi seorang pendidik pada disiplin ilmu yang aku ambil dalam pendidikan terakhirku di negeri ini.

Dari sebuah perjalanan hati aku belajar menyemangati diri, mengalirkan hal-hal postif, serta memaafkan, menghargai setiap jengkal kemampuan yang aku miliki. Dan sekarang ketika aku sudah bisa merasakan kebahagiaan hati, aku ingin berbagi, menebar semangat dan energy positif kepada orang-orang disekililingku

Yakinlah setiap kita mempunyai potensi, namun kembali lagi pada diri sendiri, seberapa besar usaha untuk menggali setiap jengkal kemampuan yang kita miliki, jangan pernah pesimis dalam menjalani hidup, optimis kita bisa menciptakan sebuah kebahagiaan, minimal kebahagiaan itu untuk diri kita sendiri. teruslah menebar semangat dan do'a, serta energi positif untuk orang-orang disekeliling kita, hingga mereka bisa tersenyum bahagia. :)

0 komentar:

Posting Komentar